Jakarta – Bakal calon presiden Prabowo Subianto telah mengumumkan Gibran Rakabuming Raka sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres) yang akan mendampinginya pada Pilpres 2024. Pengumuman ini pun mengakhiri spekulasi tentang cawapres Prabowo yang sejak awal menduga Gibran didesain untuk mendampinginya dan dikuatkan dengan putusan Mahkamah Konstitusi (MK).
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin menilai, langkah Prabowo yang bersikukuh menggandeng Gibran di tengah sorotan publik menunjukkan tekad Menteri Pertahanan itu untuk menang di pilpres kali ini. Pengalaman Prabowo yang kalah dua kali di Pilpres 2014 dan 2019 dari Jokowi, membuatnya perlu mendapat dukungan dari Presiden ketujuh RI tersebut.
“Pak Prabowo kalah dua kali di Pilpres 2014 dan 2019 maka Pak Prabowo ingin menang, maka harus bersinergi dan berkolaborasi dengan Pak Jokowi, simbiosis mutualisme. Jadi Pak Prabowo ingin mendapatkan dukungan dari Pak Jokowi,” ujar Ujang dalam keterangannya, Senin (23/10/2023).
Di sisi lain, lanjut Ujang, kompromi dari dukungan ke Prabowo tentu juga perlu menguntungkan bagi Jokowi. Karena itu, Gibran dimajukan untuk mengisi posisi bakal cawapres.
“Makanya komprominya ya nama Gibran menjadi cawapres Pak Prabowo yang didukung juga oleh Koalisi Indonesia Maju. Dalam konteks itu ada kekuatan penggabungan antara kekuatan Prabowo dan kekuatan Jokowi,” ujarnya.
Ujang menambah, berdasarkan perhitungan pilpres sebelumnya, jika kekuatan Prabowo-Jokowi bersatu maka peluang kemenangan Prabowo terbuka di pilpres mendatang. Namun demikian, pasangan Prabowo-Gibran akan mendapat banyak tantangan ke depan.
Hal ini karena publik menyoroti sejak awal pemilihan Gibran yang dinilai dipaksakan sejak awal hingga melanggengkan politik dinasti.
“Menurut saya kuat walaupun akan banyak serangan maupun bully-an kepada kubu Prabowo, Gibran dan Jokowi. Itu tantangan yang harus dihadapi dan bagian dinamika. Tetapi bully-an ini seminggu dua minggu paling, paling lama sebulan, lama kelamaannya juga akan hilang karena masyarakat Indonesia itu mudah lupa mudah melupakan sesuatu, misal karena ada isu lain yang muncul yang lebih besar,” ujarnya.
Selain itu, tantangan lain juga pasti akan muncul dari kubu PDIP yang notabene partai asal Jokowi maupun Gibran. PDIP berpotensi mati-matian menjegal kemenangan Prabowo-Gibran.
“PDIP akan mati-matian menjegal agar kalah tetapi kan Prabowo, Jokowi dan koalisi nggak akan tinggal diam mereka juga akan mati-matiann untuk menang,” katanya. (republika)